Pemberdayaan Wanita dan Pendidikan Anak

Sekitar sebulan yang lalu saya membaca artikel menarik di majalah tarbawi,yang bertemakan tentang pemberdayaan wanita. Di situ di jelaskan tentang istilah pemberdayaan wanita yang memiliki makna berbeda-beda di setiap negara, tergantung bagaimana kultur di negara tersebut. Tanpa maksud dan tendensi apapun ^^, salah satu negara yang diambil untuk contoh adalah jepang.

Di artikel tersebut disebutkan, ternyata pemberdayaan wanita di jepang actually berkutat pada satu hal, yakni produsen SDM. Bahkan pada artikel tersebut – yang dikutip dari mentri pemberdayaan wanita Jepang – dikatakan bahwa menurunnya kualitas & kuantitas SDM saat di jepang, dikarena “mesin2” produksinya tidak dapat bekerja dengan baik. Baca lebih lanjut

Kriteria memilih istri

Kriteria-kriteria dibawah ini saya rangkum dan tulis ulang dari dari buku “20 petunjut memilih istri” yang ditulis oleh Drs. Muhammad Thalib

1. Taat Beragama

“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, karena agamanya. Akan tetapi pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra.,ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Perbuatan manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik, dia akan beruntung dan selamat. Akan tetapi, bila shalatnya tidak benar, dia akan gagal dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit dari kewajiban yang dilakukannya, kelak Tuhan Yang Mahagagah dan Mahamulia akan berfirman : ‘(Wahai malaikat), perhatikanlah apakah hamba-Ku ini melakukan shalat sunnah sehingga dapat menyempurnakan kekuarangannya dalam melakukan shalat wajib, kemudian semua amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini’ ” (H.R. Tirmidzi no.378 CD, Hadits hasan) Baca lebih lanjut

Perempuan Setara

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri*

Sang Pemimpin gundah gulana. Gosip kejam itu telah menguasai seluruh kota. Istri sang pemimpin digosipkan “ada main” dengan salah seorang anak buahnya. Istri yang digosipkan itu adalah perempuan muda yang sangat ia cintai dan
sangat mencintainya, anak sahabatnya yang sangat ia cintai pula.

Karena tidak ada bukti maupun saksi, sang pemimpin hanya dapat meminta pendapat para tokoh-tokoh pembantunya mengenai kebenaran dan tidaknya gosip tersebut. Payahnya, beberapa tokoh yang dimintai pendapat, ada yang tampak membenarkan meski banyak yang terang-terangan menolak dan memustahilkan. Bahkan pro dan kontra tentang masalah ini nyaris menimbulkan fitnah.

Sang pemimpin (Rasulullah, Nabi Muhammad SAW) akhirnya menemui sang istri yang sudah beberapa hari, atas permintaannya, berada di kediaman kedua orangtuanya. Sang istri (sayyidatina Aisyah r.a.) yang sudah dua hari dua malam tidak tidur itu sedang ditunggui kedua orangtuanya (sayyidina Abu Bakar Shiddiq dan Ummu Ruman), saat sang pemimpin masuk dan duduk di dekat pembaringan.

“Aisyah, aku mendengar suara-suara begini-begitu tentang dirimu;” sabda Rasulullah kemudian, “apabila kamu tidak bersalah, Allah akan menyatakan kamu tidak bersalah. Bila ternyata kamu melakukan dosa, beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah. Hamba apabila mengaku salah dan bertaubat, Allah akan menerima taubatnya.”

Mendengar sabda sang suami tercinta itu, sayyidatina Aisyah-yang selama ini terus menangis-seketika airmatanya terhenti dan berkata ditujukan kepada kedua orangtuanya, “Kalian jawablah Rasulullah.” Kedua orangtuanya menjawab, “Demi Allah, kami tidak tahu harus berkata apa.”

Sayyidatina Aisyah, sang istri belia itu pun berkata dengan tegarnya: “Sesungguhnya, saya tahu kalian semua telah mendengar omongan gosip ini, sehingga sudah tertanam dalam diri kalian dan kalian telah mempercayainya.
Kalau pun saya mengatakan kepada kalian bahwa saya tidak bersalah, kalian tidak akan mempercayai saya. Sebaliknya, bila saya mengakui perbuatan yang Allah tahu semata bahwa saya tidak melakukannya, kalian pasti
mempercayainya. Demi Allah, saya tidak menemukan contoh untuk kalian kecuali ayahnya Nabi Yusuf ketika berkata, Fashobrun jamiil wallaahul must’aanu ‘alaa maa tashifuun (Kesabaran yang baiklah pilihanku dan Allah sajalah
tempat memohon pertolongan terhadap apa yang kalian ceritakan).” (Bacalah kisah menarik yang menjadi sebab turunnya ayat 4 dan seterusnya di surah 24. al- Nur antara lain di kitab Nurul Yaqin oleh Syeikh Muhammad Khudhari Bek).

Menyimak kata-kata sayyidatina ‘Aisyah di hadapan tokoh-tokoh agung – Rasulullah SAW dan shahabat Abu Bakar Shiddiq sekalian-itu mungkin orang tidak mengira bahwa ketika itu usianya baru belasan tahun. Sayyidatina
Aisyah sepertinya memang disiapkan Allah menjadi contoh perempuan pendekar. Apabila Rasulullah SAW diasuh dan dididik langsung oleh Allah, maka sayyidatina Aisyah diasuh dan dididik langsung oleh Rasulullah SAW.

Maka, tidak heran bila dalam sejarah Islam, sayyidatina Aisyah yang lahir 8 tahun sebelum hijrah dan wafat tahun 58 H, dikenal sebagai perempuan paling alim. Menguasai ilmu-ilmu agama dan kesusastraan, bahkan ketabiban. Guru
dari banyak tokoh-tokoh ulama dan mufti yang menjawab masalah-masalah keagamaan dan kehidupan yang diajukan. Ia dianggap perempuan yang paling mengetahui tentang al-Quran dan Sunnah Rasul SAW; di samping penyebar
ilmu-ilmu agama terkemuka.

Sayyidatina Aisyah pun boleh dikata menjadi-atau tepatnya mungkin: dijadikan Allah-simbol penolakan terhadap stigma bahwa perempuan adalah kaum lemah, konco wingking yang hanya swarga nunut neraka katut. Ia merupakan bantahan telak terhadap opini bahwa yang hebat hanya laki-laki. Tanpa menuntut kesetaraan dengan kaum laki-laki, sayyidatina Aisyah telah menunjukkan kesataraan.

Di negeri kita sendiri, (dulu) banyak Muslimah yang mengikuti jejak sayyidatina Aisyah. Tanpa menggembar-gemborkan kesetaraan gender, mereka berbuat dan berkhidmah setara dengan kaum laki-laki. Sekedar contoh, Ibu Nyai Nur Chodijah yang merintis pondok pesantren puteri di Denanyar Jombang dan Ibu Rahmah Al-Yunusiyah di Sumatra Barat. Ibu Nyai Fatimah, Nyai Mahmudah Mawardi, Nyai Khairiyah Hasyim, dan Nyai Nuri Maksum yang mengajar santri-santri laiknya kyai-kyai. Nyai Sholichah Munawwarah aktivis sosial
yang tidak kalah gigih dari aktivis laki-laki.

Raden Ajeng Kartini, yang pernah ngaji dan berguru kepada Mbah Kyai Saleh Darat dan diperingati hari lahirnya tanggal 21 April, saya kira juga tidak hanya menuntut kesetaraan. Tapi, mengajak kaumnya untuk mensetarakan diri
dengan ilmu pengetahuan dan pencerdasan.

  • Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.

Wanita Bagi Pahlawan

Oleh : M. Anis Matta, Lc*

Dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang wanita agung. Begitu kata pepatah Arab. Wanita agung itu biasanya satu dari dua, atau dua-duanya sekaligus; sang ibu atau sang istri.

Pepatah itu merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan. Bahwa karya-karya besar seorang pahlawan lahir ketika seluruh energi didalam dirinya bersinergi dengan momentum diluar dirinya; tumpah ruah bagai banjir besar yang tidak terbendung. Dan tiba-tiba sebuah sosok telah hadir dalam ruang sejarah dengan tenang dan ajek.

Apa yang telah dijelaskan oleh hikmah psiko-sejarah itu adalah sumber energi bagi para pahlawan; wanita adalah salah satunya. Wanita bagi banyak pahlawan adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapat ketenangan dan kegairahan, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energi di luar rumah, dan mengumpulkannya lagi didalam rumahnya.

Kekuatan besar yang dimiliki para wanita yang mendampingi para pahlawan adalah kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang. Kekuatan itu sering dilukiskan seperti dermaga tempat kita menambatkan kapal, atau pohon rindang tempat sang musafir berteduh. Tapi kekuatan emosi itu sesungguhnya merupakan padang jiwa yang luas dan nyaman, tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar. Karena di tempat dan saat seperti itulah para pahlawan kita menyedot energi jiwa mereka.

Itu sebabanya Umar bin Khattab mengatakan, “Jadilah engkau bocah di depan istrimu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu’. Kekanakan dan keperkasaan, kepolosan dan kematangan, saat lemah dan saat berani, saat bermain dan saat berkarya, adalah ambivalensi-ambivalensi kejiwaan yang justru berguna menciptakan keseimbangan emosional dalam diri para pahlawan.

“Saya selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos.” kata Sayyid Quthub. Para pahlawan selalu mengenang saat-saat indah ketika ia berada dalam pangkuan ibunya, dan selamanya ingin begitu ketika terbaring dalam pangkuan istrinya.

Siapakah yang pertama kali ditemui Rasulullah SAW setelah menerima wahyu pertama dan merasakan ketakutan luar biasa? Khadijah! Maka ketika Rasulullah ditawari untuk menikah setelah Khadijah wafat, beliau mengatakan; “Dan siapakah wanita yang sanggup menggantikan peran Khadijah?”

Itulah keajaiban dari kesederhanaan. Kesederhanaan yang sebenarnya adalah keagungan; kelembutan, kesetiaan, cinta an kasih sayang. Itulah keajaiban wanita.

aku dan dia berbeda…(psikologi pria-wanita)

terasa atau tidak, sadar atau tidak, pertengkaran antara manusia lebih banyak terjadi antara yang berbeda gender. alias pertengkaran antara cowo dan cewe.. Nah,sekarang gw coba membahas itu..
knapa pula judulnya aku dan dia?? coba merepresentasikan saja aku-nya cowo dan dia-nya cewe.hehehe…
terus kenapa cowo dan cewe lebih sering bertengkar??hel ini dikarenakan adanya perbedaan2 (dalam komunikasi ataupun cara berfikir atau juga kebutuhannya)…

aku dan dia beda bahasa..
poin penting dalam komunikasi adalah bahasa, bagaimana komunikasi bisa berjalan dengan baik jika bahasa yang digunakan adalah berbeda..
beberapa contoh,(diambil dari kehidupan nyata. hehehe…)

case 1, cewe sedang cerita ttg permasalahannya…

ce: “percaya ga..temen2ku ga ada yg mau peduli ttg masalahku ini??”
cowo mengartikannya sebagai “berarti dia memiliki teman2 yang tidak peduli-an” atau kalo cowo yang sedikit error mengartikannya sebagai “masalah begitu aja koq dibesar2in sih”
padahal yg dimaksud si cewe-nya adalah “i need you, to share my problems”

case 2, cowo meminta maaf karena melakukan kesalahan..

co: “maaf ya..”
cewe mengartikannya sebagai “ini masalah kecilkan,jadi maafin ajalah…”
padahal yang dimaksud si cowo-nya adalah “aku benar-benar menyesal..”

aku dan dia beda kebutuhan..

Ini juga yang sering jadi permasalahan, sebenernya cowo dan cewe tuh beda kebutuhan. Cewe ingin dimengerti, cowo ingin diterima/(merasa) dibutuhkan.

cewe ingin didengar tanpa dihakimi,tanpa selaan yg tdk diminta dan dibenarkan. Ini yang sering tidak dimengerti cowo. sering kali ketika ada seorang cewe sedang cerita ttg masalahnya, cowo biasanya langsung mendominasi seolah menyepelekan dan memberi saran (lebih tepat arahan) padahal sebenernya tidak diminta. Nah lho…

cowo dalam keadaan apapun ga suka ditolak. Hal ini juga yang tidak dimengerti oleh cewe. Misalnya ketika cowo memberikan bantuan dalam hal apapun trmasuk dukungan moril ataupun saran, lalu langsung terbantahkan (penolakan) oleh cewe tsb. Ini akan membuatnya sakit hati dan membuat cowo itu males u/ melakukannya lagi. Wayoo lho…

secara naluri wajar cewe selalu membesr2kan maslaah, karena cewe ingin diprhatikan dan dimgerti. Sedang cowo otaknya linear,sistem limbiknya diaklahkan oleh otak kiri,sehingga memproses informasi dengan logis. Sehingga informasi yg sdh dibesr2kn ttp diterimanya dg logis pula. krn itulah sering terjadi pertengkaran itu. Masalah utamanya adalah komunikasi!!!
Karena itu butuh kerendahan hati dari pihakmanapun untuk bisa saling memahami..

___________________________________

Diambil dari berbagai sumber.

Nb:Maaf klo sok tahu…hehehe…

Wanita dan Tulang Rusuk

Dari WWW.RumahkuSurgaku. com
Semoga bisa diambil hikmahnya. Terima Kasih
___________________________________
Walaupun sudah ada segala-galanya.
Apalagi yang tidak ada di surga, namun Nabi Adam as tetap merindukan Hawa.
Kepada wanitalah lelaki memanggil Ibu, Isteri atau Puteri.
Dijadikan mereka dari tulang rusuk yang bengkok untuk diluruskan oleh lelaki.
Tetapi kalau lelaki sendiri yang tidak lurus.
Tidak mungkin mampu hendak meluruskan mereka.
Tak logis kayu yang bengkok menghasilkan bayang-bayang yang lurus.
Luruskanlah wanita dengan cara petunjuk Allah.
Karena mereka diciptakan begitu rupa oleh mereka.
Didiklah mereka dengan panduan dari-Nya :

JANGAN COBA JINAKKAN MEREKA DENGAN HARTA,
NANTI MEREKA SEMAKIN LIAR
JANGAN HIBURKAN MEREKA DENGAN KECANTIKAN,
NANTI MEREKA SEMAKIN MENDERITA

Yang sementara itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Kenalkan mereka kepada Allah, Zat yang Kekal.
Disitulah kuncinya.

AKAL SETIPIS RAMBUTNYA, TEBALKAN DENGAN ILMU,
HATI SERAPUH KACA, KUATKAN DENGAN IMAN,
PERASAAN SELEMBUT SUTERA HIASILAH DENGAN AKHLAK

Suburkanlah mereka karena dari situlah nanti mereka akan nampak
penilaian dan keadilan Tuhan.
Akan terhibur dan berbahagialah mereka, walaupun tidak jadi ratu cantik dunia,
Presiden ataupun perdana menteri negara atau Woman Gladiator.

Bisikkan ke telinga mereka Bahwa Kelembutan Bukan
Suatu Kelemahan.Sebalikny a disitulah kasih sayang
Tuhan, karena rahim wanita yang lembut itulah yang
mengandungkan lelaki-lelaki wajah : Negarawan,
karyawan, jutawan dan wan-wan lain. Tidak akan lahir
Superman tanpa Superwoman.
Wanita yang lupa hakikat kejadiaannya, pasti tidak
terhibur dan tidak menghiburkan.

Tanpa ilmu, iman dan akhlak bukan saja tidak bisa
diluruskan,Bahkan mereka pula membengkokkan.

LEBIH BANYAK LELAKI YANG DIRUSAKKAN OLEH PEREMPUAN
DARIPADA PEREMPUAN YANG DIRUSAKKAN OLEH LELAKI
SEBODOH-BODOH PEREMPUAN PUN BISA MENUNDUKKAN
SEPANDAI-PANDAI LELAKI.

Itulah akibatnya apabila wanita tidak kenal Tuhan.
Mereka tidak akan kenal diri mereka sendiri, apalagi
mengenal lelaki. Kini bukan saja banyak Boss telah
kehilangan sekretaris; Bahkan anak pun akan kehilangan
Ibu, Suami, kehilangan Isteri dan Bapak akan
kehilangan Puteri. Bila wanita durhaka, dunia akan
huru-hara.Bila tulang rusuk patah, rusaklah jantung,
hati dan limpa.

Para lelaki pula jangan hanya mengharap ketaatan,
Tapi binalah kepemimpinan. Pastikan sebelum memimpin
wanita menuju ALLAH.Pimpinlah diri sendiri dahulu
kepada-NYA.Jinakkan diri dengan ALLAH, niscaya
jinaklah
segala-galanya di bawah pimpinan kita.

JANGAN MENGHARAP ISTERI SEPERTI SITI FATIMAH,
KALAU PRIBADI BELUM LAGI SEPERTI SAYYIDINA ALI